feedburner

Lorem ipsum dolor sit amet,
consectetur adipisicing elit,
sed do eiusmod tempor incididunt ut labore
et dolore magna aliqua.

EFEKTIFITAS BIMBINGAN BELAJAR TERHADAP KESULITAN BELAJAR SISWA

Label:

Salah satu karakteristik yang penting dari proses belajar-mengajar yang efektif ialah kemampuan guru bekerja dengan subyek didik serta kemampuan mengorganisasikan pengalaman belajar sistematik. Hal ini berarti bahwa guru hendaknya mampu dan mau mengerti keadaan subyek didiknya dan atas dasar pengertian ialah mengorganisasikan pengalaman belajar yang disajikan kepada mereka.
Salah satu keadaan subyek didik yang perlu mendapat perhatian guru ialah kesulitan mereka di dalam belajar. Banyak guru yang merasa aman jika skor rata- rata yang dicapai para siswanya melebihi batas lulus yang ditentukan. Mereka kurang menyadari bahwa sesungguhnya skor rata-rata tidak selalu menggambarkan keberhasilan proses belajar mengajar yang langsung di kelas. Tugas guru tidak hanya sampai pada pencapaian skor rata- rata yang memadai, peserta didik asuhannya dapat berkembang secara optimal menurut irama dan cara yang sesuai. Oleh karena subyek didik memiliki perkembangan yang unik baik dipengaruhi oleh faktor-faktor bawaan, lingkungan, ataupun interaksi antara keduanya.
Dalam kegiatan pembelajaran di sekolah, kita dihadapkan dengan sejumlah karakterisktik siswa yang beraneka ragam. Ada siswa yang dapat menempuh kegiatan belajarnya secara lancar dan berhasil tanpa mengalami kesulitan, namun di sisi lain tidak sedikit pula siswa yang justru dalam belajarnya mengalami berbagai kesulitan. Kesulitan belajar siswa ditunjukkan oleh adanya hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar, dan dapat bersifat psikologis, sosiologis, maupun fisiologis, sehingga pada akhirnya dapat menyebabkan prestasi belajar yang dicapainya berada di bawah semestinya.
Kesulitan-kesulitan tersebut hendaknya dideteksi oleh para guru sedini mungkin agar dapat direncanakan program remedi yang sesuai dan bermanfaat. Kesulitan belajar yang mereka alami dalam suatu kelas tentu saja bervariasi baik intensitas maupun jenis atau penyebabnya, subyek didik yang mengalami kesulitan yang ekstrim biasanya tidak di temukan lagi di kelas-kelas biasa akan tetapi sudah terseleksi pada kelas-kelas awal.
Sekurang-kurangnya ada dua kegiatan yang dapat di lakukan untuk medeteksi kesulitan belajar secara cermat, yakni : (1). Melakukan observasi secara langsung, dan (2). Melakukan pengukuran hasil belajar kemudian menganlisis hasilnya. Kegiatan pertama dimasukkan sebagai pengamatan yang dilakukan oleh guru, Kepala sekolah, pihak bimbingan dan konseling sekolah, pada saat proses belajar-mengajar berlangsung. Kegiatan kedua berkaitan dengan tes diagnostik kesulitan belajar ataupun tes prestasi hasil belajar. Hasil kedua kegiatan ini merupakan masukan bagi guru dalam menyususn program remidi.
Berdasar penjelasan di atas, Bapak dan Ibu Guru sudah seharusnya menyadari akan adanya beberapa siswa yang mengalami kesulitan atau kurang berhasil dalam proses pembelajarannya. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor tertentu, sehingga mereka tidak dapat belajar dan kurang berusaha sesuai dengan kekuatan mereka. Idealnya, setiap guru harus berusaha dengan sekuat tenaga untuk membantu siswanya keluar dari setiap kesulitan yang menghimpitnya. Namun hal yang perlu diingat, penyebab kesulitan itu dapat berbeda-beda. Ada yang karena faktor emosi seperti ditinggal saudara kandung tersayang ataupun karena faktor fisiologis seperti pendengaran yang kurang. Untuk itu, para guru harus mampu mengidentifikasi kesulitan dan penyebabnya lebih dahulu sebelum berusaha untuk mencarikan jalan pemecahannya.
Pemecahan masalah kesulitan belajar siswa sangat tergantung pada keberhasilan menentukan penyebab kesulitan tersebut. perlu diadakaannya bimbingan belajar pada siswa yang mengalami masalag kesulitan belajar. sebagai contoh, para siswa yang mengalami kesulitan belajar karena faktor lingkungan dan faktor emosi tidak memerlukan kacamata seperti yang dibutuhkan siswa A namun mereka membutuhkan bantuan dan motivasi lebih dari gurunya. Pengalaman sebagai guru telah menunjukkan bahwa ada siswa yang sering membuat ulah di kelas dengan maksud agar diperhatikan guru dan temannya. Setelah diselidiki ternyata ia kurang mendapat perhatian orang tuanya. Untuk anak seperti ini, sudah seharusnya para guru lebih memberikan perhatian dan kasih sayang. Sekali lagi, kesabaran, ketekunan dan ketelatenan para guru sangat diharapkan di dalam menangani siswa yang mengalami kesulitan belajar. Guru dapat menyarankan orang tua siswa tertentu untuk memberi tambahan pelajaran khusus di sore hari untuk siswa yang lamban. Yang lebih penting dan sangat menentukan adalah peran guru pemandu, kepala sekolah, pengawas maupun Kepala Kantor Depdiknas di dalam menangani kesulitan belajar siswa yang disebabkan oleh faktor-faktor kependidikan. Pada akhirnya penulis meyakini bahwa pengetahuan tentang faktor-faktor penyebab kesulitan belajar ini akan sangat bermanfaat bagi Bapak dan Ibu Guru.